Kucing

#63 Hidup memang persoalan merelakan

Qowim Musthofa
4 min read3 days ago
Photo by Kote Puerto on Unsplash

Sejak kecil, saya ingin punya peliharaan kucing. Keinginan ini berawal dari buku bacaan yang dibawa oleh Abah ketika pulang dari sekolah. Abah adalah seorang PNS guru SD, di sekolahnya terdapat perpustakaan kecil. Dari perpustakaan tersebut, Abah sering membawa buku-buku cerita untuk saya. Waktu itu saya masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak atau mungkin MI.

Belum menjadi member Medium? Baca versi gratis tulisan ini.

Saya agak lupa.

Salah satu buku yang paling berkesan adalah berjudul Si Belang. Saya lupa bagaimana cerita dari buku itu. Nama penulis dan penerbitnya sudah lenyap dari ingatan masa kanak-kanak. Anehnya adalah buku itu lama sekali tidak dikembalikan oleh Abah. Alhasil saya sering mengulang-ulang buku cerita bergambar itu.

Membaca lembar demi lembar buku itu, saya menjadi terobsesi untuk mempunyai seekor kucing. Dan, akan saya beri nama dia Belang — sesuai dengan referensi bacaan buku Si Belang itu. Membayangkan memiliki kucing yang lucu, bisa diajak main dan bahkan menjadi teman.

Singkat cerita, saya memberanikan diri untuk meminta izin kepada Abah agar diperbolehkan memelihara kucing. Abah, seingat saya memperbolehkan, apalagi saya ingat betul kisah dari Abah, bahwa ia dulu pernah punya kucing laki-laki, ketika melihat cicak…

--

--

Qowim Musthofa

Mengajar di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Yogyakarta. Narablog di qowim.net